Dewasa ini, penurunan kualitas udara semakin tampak di wilayah perkotaan. Adapun penyebab utamanya tidak lain yaitu polusi udara karena perkembangan volume lalu lintas yang begitu pesat. Yang mana pembangunan fisik pun banyak mengalami perubahan dan mengurangi luas areal lahan terbuka hijau. Oleh karena itu, diperlukan penerapan konsep green belt sebagai solusi. Apa itu ? Yuk simak selengkapnya berikut.

Apa Itu Green Belt ?

Dikenal pula sebagai konsep sabuk hijau, ini merupakan konsep yang bertujuan untuk melakukan regenerasi lingkungan pada suatu kawasan. Konsep sabuk hijau tersebut didefinisikan sebagai ruang terbuka hijau, yang sengaja dirancang untuk menghubungkan setiap area serta membatasi penggunaan lahan supaya tidak mengganggu aktivitas lainnya.

Sehingga menggunakan pendekatan konsep ini akan memberikan ketenangan, kesejukkan, dan keasrian dalam satu kawasan. Contohnya dalam kawasan Asera Nishi, perumahan cluster berkualitas Jepang yang berlokasi di CBD Kota Harapan Indah Bekasi. Di sini bisa ditemukan jalur hijau yang terhubung langsung dengan pemukiman rumah, alhasil mampu menambah kesejukan di sekitar hunian.

Menurut definisinya, green belt sendiri juga dapat diartikan sebagai pemisahan fisik kawasan pedesaan dan perkotaan yang berupa bangunan atau zona bebas atau ruang terbuka hijau yang mengelilingi kawasan perkotaan terluar. Itulah kenapa konsepnya diberi nama sabuk hijau.

Manfaat Green Belt

1. Salah Satu Bentuk Hutan Kota

Penerapan konsep sabuk hijau dapat menghadirkan banyak manfaat bagi masyarakat. Salah satunya yaitu sebagai bentuk hutan kota yang bisa membantu menjaga kelangsungan hidup bumi. Karena adanya ruang terbuka hijau yang memiliki banyak pepohonoan sehingga dapat mengurangi permasalahan pencemaran udara yang dapat membersihkan debu, karbondioksida atau Co2, serta zat kimia yang telah menyatu di udara. Sehingga kesehatan udara di wilayah perkotaan pun dapat dijaga dengan baik.

2. Penyerap Panas di Perkotaan

Tidak bisa dipungkiri bahwa banyaknya pembangunan fisik di perkotaan membuat kawasannya menjadi terasa panas. Untuk itu, dibutuhkan konsep green belt di pemukiman penduduk sebagai penyerap panas. Sebab melalui proses transpirasi, tanaman akan menyerap udara hangat dan melepaskan oksigen serta uap air dingin ke udara.

3. Mendukung Gaya Hidup Sehat 

Konsep sabuk hijau juga dapat mendukung gaya hidup sehat masyarakat sekitar. Karena kehadiran area hijau akan menurunkan berbagai risiko penyakit yang dapat disebabkan oleh polusi. Seperti bronkitis kronis, kanker paru paru, asma, penyakit paru obstruktif kronik, hingga gangguan kesehatan mental.

Jenis Tumbuhan Green Belt

Jenis jenis tumbuhan yang digunakan untuk membangun kawasan terbuka dengan pendekatan sabuk hijau dipilih dengan beberapa pertimbangan. Yaitu kemampuannya untuk menyerap polutan secara optimal, model tajuk dan tinggi pohon, kecepatan tumbuh dan pemeliharaan mudah, serta kondisi tapak wilayah tersebut.

Tidak lupa dengan komposisi dan strata tanaman yang juga dipertimbangkan untuk menentukan vegetasi. Sehingga dalam kawasan sabun hijau tersebut nantinya akan dijumpai pohon tinggi, pohon sedang, juga semak atau perdu. Dalam hal ini, ada banyak alternatif tanaman yang dapat dijadikan pilihan.

Contohnya beringin, jambu, kemiri, dan nangka apabila ditinjau dari kemampuan serapannya terhadap sulfur dioksida. Bisa juga memilih alternatif seperti dadap merah, jati super mahoni, jati putih, cemara angin, hingga asam Jawa jika ditinjau berdasarkan kemampuan serapannya terhadap nitrogen.

Faktor-Faktor Penghijauan Green Belt

Secara umum, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan penghijauan green belt. Yang pertama yaitu perakaran yang dalam dan kuat, tidak mudah tumbang serta tidak mudah menggugurkan ranting maupun daunnya. Vegetasi seperti itu bagus untuk konsep sabuk hijau.

Kemudian tanaman harus mampu tumbuh di tempat terbuka dan lebih bagus jika di berbagai jenis tanah, mengingat bahwa penghijauan memang akan dilakukan di lahan terbuka. Faktor yang ketiga yaitu pertumbuhannya perlu cepat dan tahan terhadap gangguan fisik.

Lalu tidak memerlukan perawatan yang intensif, dapat berumur panjang, dan tahan terhadap kekurangan air. Sehingga tidak membutuhkan banyak biaya untuk mengerahkan tenaga melakukan perawatan terhadap ruang terbuka hijau yang luas. Selain itu, lebih apik lagi jika memakai pohon penghasil bunga atau buah yang bernilai ekonomis, bisa juga pohon langka dan unggulan daerah setempat.

Kesimpulan

Jadi, intinya konsep sabuk hijau ini sangat diperlukan di kawasan perkotaan yang mana kualitas udaranya sudah sangat menurun. Lebih bagus jika konsep tersebut diterapkan di sekitar rumah tinggal. Sehingga dapat memberikan manfaat seperti yang telah dijelaskan di atas kepada penduduk setempat.

Di Indonesia, anda bisa menemukan konsep seperti itu di kawasan Asera Nishi yang terletak di Kota Harapan Indah Bekasi. Konsepnya diterapkan dalam bentuk rancang bangun yang dapat mendukung gaya hidup sehat para penghuni yang tinggal di lokasi. Mulai dari jalur hijau tepat di depan rumah, hingga akses sinar matahari langsung yang memadai.

Dengan berbagai manfaat dari penerapan konsep sabuk hijau, diharapkan kedepannya akan ada lebih banyak kawasan di dalam negeri yang mempunyai ruang terbuka hijau seperti ini. Sehingga pembangunan yang dilakukan di berbagai wilayah tidak akan membawa dampak negatif, baik bagi lingkungan maupun masyarakat sekitar.